Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Gubernur SutedjaTahun 1961 AA Bagus Sutedja adalah seorang Gubernur Bali yang ambisius, idealis dan sangat patriotik. Maklum beliau adalah pejuang yang dulu ikut bergerilia dihutan mengusir penjajah Belanda.

Beliau sangat tidak suka dengan segala macam yang berbau barat karena mengingatkan kesan akan penjajah dimasa yang lampau. Sementara itu para expatriat masih banyak diperkerjakan sebagai tenaga ahli di Bali pada waktu itu karena memang kekurangan tenaga ahli terutama dibidang kedokteran.

Sutedja sangat ingin segera mengusir para dokter expatriat itu lalu menggantikanya dengan tenaga ahli lokal. Mengandalkan tenaga ahli dari Jawa tidak mungkin karena di Jawa juga kekurangan tenaga ahli. Satu satunya cara adalah menciptakan tenaga ahli sendiri. Ini adalah suatu visi panjang kedepan Sutedja kala itu.

Ide dan mimpinya tentang mendirikan sekolah kedokteran itu sering beliau beberkan pada teman teman tokoh lainnya. Salah satunya kepada Kepala Kesehatan Propinsi Bali pada waktu itu Dr Djelantik. Dr Djelantik yang tahu bagaimana persyaratan dan kebutuhan untuk membangun sebuah fakultas kedokteran menganggap ide Sutedja terlalu dini.

Selama tidak kurang 3 tahun Dr Djelantik harus mendengarkan mimpi Sutedja yang terasa mengambang diawang-awang itu. Segala penjelasan Dr Djelantik tidak bisa meyakinkan Sutedja bahwa kini belum saatnya membangun fakultas kedokteran. Sutedja berharap terlalu besar kepada Dr Djelantik karena Dr Djelantik sebagai dokter lulusan Belanda dianggap mampu merealisasikan mimpinya tersebut.

Bung KarnoSampai suatu saat, awal tahun 1961 Bung Karno datang berkunjung ke Bali. Pada sebuah pertemuan informal antara Bung Karno, Sutedja, Dr Djelantik dan beberapa tokoh penting Bali lainnya, Sutedja menceritakan idenya tersebut kepada Bung Karno.

Bung Karno kemudian meminta penjelasan Dr Djelantik sebagai dokter yang diisyaratkan Sutedja mampu merealisasikan idenya. Dr Djelantik kemudian memberikan pandanganya bahwa melihat kenyataan sekarang ini rasanya tidak mungkin bisa terwujud dalam waktu dekat.

Jika kita memang mau mendirikan fakultas kedokteran dengan sumber daya kita sendiri maka dibutuhkan waktu paling tidak sepuluh tahun lagi untuk menunggu lulusan fakultas kedokteran dari Jawa. Lagi pula dari mana kita akan dapatkan dananya? Begitu penjelasan Dr Djelantik.

Bung Karno tertegun sesaat lalu memandang kearah Dr Djelantik. Saling pandang untuk sesaat kemudian Bung Karno tersenyum dan dengan suara mantap beliau berkata:

Baiklah Djelantik, saya tahu kamu menyelesaikan kedokteranmu di Belanda. Saya kira kamu tahu cara yang terbaik untuk mewujudkannya berdasarkan apa yang telah kamu pelajari disana. Jangan lupa bahwa negara kita masih negara berkembang.

Kamu masih perlu belajar tentang motto saya vivere in pericoloso, dan mesti ngerti bahwa kita tidak akan mencapai tujuan kalau harus menunggu sampai semuanya siap, kita harus berani ambil resiko.

Walaupun Dr Djelantik mengerti maksud motto yang sering dipakai di berbagai pidato Bung Karno itu tapi dengan gusar Dr Djelantik keceplosan dengan mengatakan “Maksud Bapak bagaimana?”.

Bung Karno tertawa terbahak lalu menjawab dengan lantang:

Dokter, laksanakan perintah saya Presiden Republik Indonesia. Saya pikir anda orang yang tepat dan mampu mewujudkan keinginan saya. Keinginan saya adalah mendirikan sekolah kedokteran sesegera mungkin.

Saya akan menginstruksikan kepada semua aparat terkait untuk memberikan semua dukungannya atas apapun yang dibutuhkan. Saya ulangi sekali lagi, ini perintah.

Bagi Dr Djelantik semuanya sudah menjadi sangat jelas dan setelah menelan ludah beberapa kali Dr Djelantik menjawab: “Baik Pak, saya mengerti.”

Tidak ada pilihan lain bagi Dr Djelantik yang baru saja meniti karirnya. Dr Djelantik melirik kearah Gubernur Sutedja yang terlihat puas dan sumringah, begitu juga para pejabat dan tokoh penting lainnya yang hadir.

Pada saat rapat dengan aparat terkait sadarlah Dr Djelantik bahwa sebenarnya Sutedja sudah melakukan pendekataan dengan beberapa tokoh lain dan merencanakan tidak hanya mendirikan sebuah sekolah kedokteran tapi bahkan sebuah universitas. Bahkan sudah terbentuk beberapa panitia untuk persiapan pendirian universitas yang dikemudian hari bernama Universitas Udayana.

Sementara para panitia menyiapkan formatur dan legal formal pendirian universitas, Dr Djelantik segera bekerja. Sebagai direktur RSUP Sanglah Dr Djelantik menyediakan ruang aula Rumah Sakit untuk perkuliahan. Menata bangku kelas untuk kuliah fisika, kimia, biologi dan membentuk dua laboratorium sederhana. RSUP Sanglah masih bisa melayani orang sakit tanpa aula.

Masalah timbul ketika kekurangan tenaga dan peralatan. Kemudian Dr Djelantik mengirim surat secara pribadi kepada dekan fakultas kedokteran di Jakarta dan Surabaya untuk memohon bantuan tenaga pengajar dan peralatan untuk tahun pertama perkuliahan.

Beruntung simpati dan dukungan diberikan dari beberapa pengajar muda tanpa pamrih. Sebagai tambahan Dr Djelantik memberikan staff administrasi paling berpengalaman dari RSUP Sanglah untuk ikut membantu.

Akhirnya pada tahun 17 agustus 1962, Universitas Udayana resmi berdiri dengan 4 fakultas, salah satunya adalah fakultas kedokteran dengan Dr Djelantik menjabat sebagai dekan.

Tulisan terkait:

28 Komentar

Filed under sejarah, tokoh

28 responses to “Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

  1. Ping-balik: Visi Kebangsaan Dr AAM Djelantik « Budayawan Muda

  2. referensi yang menarik, perlu di rewrite dalam bahasa yang lain (at least English) supaya pembaca lainnya (worldwide) memahami, salam dari team http://blog.baliwww.com

  3. saraswati

    Sdr. Wibisono,
    Saya terbiasa berbicara berdasarkan pustaka dan nara sumber untuk menyatakan sesuatu itu benar. Saya tahu kadang2 suatu blog membuat orang menjadi “blog” yang dalam bahasa balinya berarti “bodoh” dan saya yakin sdr “wayan” juga tahu arti kata blog. Sehingga tulisan ini tidak layak di pakai sebagai referensi.
    Carilah referensi untuk membuat anda menjadi budayawan muda yang bertanggungjawab. Hati2 agar tidak menjadi pendapat pribadi. Seandainya itu pendapat pribadi, isikan bahwa itu adalah pendapat/rasa anda. Banyak orang yang masih hidup yang bisa ditanyakan (nara sumber). Jangan menyebarkan ke”blog”an. Saya yakin seyakin-yakinnya Prof Ngoerah sebagai ketua panitia melakukan pendekatan ke Surabaya. Malahan Prof.dr.Soejonoes (Surabaya) menyampaikan bahwa bila memungkinkan Prof Ngoerah juga ikut mengembangkan Bagian Neorologi di FK UNAIR. Selain itu dibantu oleh Bapak Bagiada (ayah dr. Putu Wirya Masna, SpTHT) pemilik perusahaan pelayaran Nusa Tenggara yang mengangkut alat-alat kedokteran untuk RSUP dan juga mayat (kadaver) dari Surabaya untuk bahan praktek mahasiswa Fak. Kedokteran UNUD. Bapak Bagiada adalah adik dari Prof. Md. Bagiastra yang merupakan dokter orang Bali kedua. Narasumber masih hidup.
    Setelah siap beroperasi, Prof.dr.Ngoerah (orangnya low profil) mempersilahkan, siapa yang mau memimpin terlebih dahulu sebagai dekan. Hal yang sama terjadi pada pendirian RSUP. (Mengenang 6 tahun berpulangnya Prof.dr.IGNG.Ngoerah- http://www.balipost.com/balipostcetak/2007/10/23/b2.htm )

    Saya tidak ingin sejarah diputar balikkan.
    Setelah sekian lama membaca tulisan2 anda saya kembali kepada analisa awal saya bahwa sedang terjadi proses propaganda dalam situs/blog yang sedang berlayar saat ini.
    Apakah anda seorang yang fanatic?… Apakah anda seorang yang penasaran?… Apakah anda orang yang sedang terdesak?… Apakah anda sedang mendapat pesanan untuk menulis suatu biografi. Hanya “Tuhan” yang tahu. Sadarlah wahai manusia, betapa besarnya dosa bagi seorang yang membuat sekian banyak orang menjadi tersesat. Om awignamastu namo sidam. Semoga pikiran baik datang dari segala penjuru dunia. Om Santhi,Shanti,Shanti
    saraswati

  4. Kurnia Setiawan

    Yth Sdr Wibisono
    Saya salut atas kegigihan anda mempertahankan kebenaran cerita tokoh anda. Kekurang sabaran anda menyebabkan maksud dan tujuan tulisan anda menjadi jelas.
    Sebaiknya sebelum anda menulis, anda meneliti terlebih dahulu isi tulisan anda. Masih banyak sesepuh yg dapat anda tanya. Walaupun anda berada di Jakarta, ya demi kebenaran tulisan anda maka harus datang ke Bali.
    Sesepuh yg dapat anda tanya adalah sesepuh UNUD, Sesepuh RS Sanglah,Sesepuh/pensiunan Bidan, Veteran2/istri2 veteran yg saat ini mumpung masih diberi umur panjang.
    Menulis menggunakan referensi tulisan tokoh sendiri menurut saya kurang dapat dipertanggung jawabkan. Percayakah anda kalau saya katakan saya pernah tidur dng Presiden Bush ? Saya yakin pasti anda tidak akan pernah percaya.

  5. @Kurnia Setiawan,

    Saya salut atas kegigihan anda mempertahankan kebenaran cerita tokoh anda. Kekurang sabaran anda menyebabkan maksud dan tujuan tulisan anda menjadi jelas.

    Yang sabar itu yang bagaimana yah?

    Sebaiknya sebelum anda menulis, anda meneliti terlebih dahulu isi tulisan anda. Masih banyak sesepuh yg dapat anda tanya. Walaupun anda berada di Jakarta, ya demi kebenaran tulisan anda maka harus datang ke Bali.

    Ini untuk kepentingan siapa?
    Lagipula tulisan saya sudah benar, buktinya anda tidak menujukkan dimana kesalahannya.

    Menulis menggunakan referensi tulisan tokoh sendiri menurut saya kurang dapat dipertanggung jawabkan.

    Lalu kalau referensi itu ditulis oleh orang lain pasti bisa dipertanggung jawabkan?
    Bung Kurnia, sejarah itu ditulis oleh pemenang atau penguasa. Maka dari itu tidak ada yang benar benar obyektif dalam sejarah karena selalu berdasar pada subyektiftas penulis sejarah itu sendiri. Karena itu tulislah sejarahmu sendiri, jangan biarkan orang lain menulis sejarah kita.

    Percayakah anda kalau saya katakan saya pernah tidur dng Presiden Bush ? Saya yakin pasti anda tidak akan pernah percaya.

    hah? hehe… jadi mau menganalogikan diri anda dengan Dr Djelantik?
    Saya tidak percaya karena selain cerita anda tidak menarik tapi juga karena anda tidak memiliki reputasi dan integritas untuk dipercaya. Dr Djelantik punya semuanya itu dan anda tidak.

    Anda sudah memberi saya nasihat, terimakasih.
    Sekarang saya yang ingin beri sesuatu dari dunia jurnalisme buat anda:
    Bacalah, dengarlah, tontonlah. Tapi gunakan nalar dan akal sehat Anda: Jangan percaya 100% pada media massa. Simak baik-baik, jangan telan mentah-mentah apa yang tersaji. Kupaslah, kunyahlah, saringlah, dan cermatilah dengan bijak apa yang mereka tuliskan, uraikan, siarkan, dan tayangkan.

  6. @saraswati,

    Saya tahu kadang2 suatu blog membuat orang menjadi “blog” yang dalam bahasa balinya berarti “bodoh” dan saya yakin sdr “wayan” juga tahu arti kata blog. Sehingga tulisan ini tidak layak di pakai sebagai referensi.

    Kalau memang ya kenapa anda masih doyan keluyuran di Blog saya sambil komentar. Bukannya dulu kalau tidak salah anda pernah bilang tidak akan komen lagi?

    Carilah referensi untuk membuat anda menjadi budayawan muda yang bertanggungjawab.

    Oh itu selalu saya lakukan. Tapi bukan atas dasar pesanan untuk kepentingan anda.

    Carilah referensi untuk membuat anda menjadi budayawan muda yang bertanggungjawab. Hati2 agar tidak menjadi pendapat pribadi. Seandainya itu pendapat pribadi, isikan bahwa itu adalah pendapat/rasa anda.

    Saya menulis karena saya punya referensi. Kalau saya tidak menulis karena saya tidak punya referensi itu bukan salah saya. Anda yang punya referensi kenapa tidak menulis? Jangan salahkan orang lain karena menulis. Buat tulisan juga untuk mengcounter.

    Dari awal sebenarnya saya sudah kasih masukkan untuk menulis. Karena itu begitu balebengong.net memuat profil Prof Ngurah saya juga appreciate dengan memuat resensi buku pejuang prapatan 10 dan mengirim trackbacknya

    Tapi kalau anda tidak menulis dan bisanya cuma marah marah tidak jelas juntrungannya saya juga males.

    Banyak orang yang masih hidup yang bisa ditanyakan (nara sumber). Jangan menyebarkan ke”blog”an.

    Sebenarnya saya sudah berbaik hati meminta bahan dari anda untuk lebih mengungkap peran Prof Ngurah tapi anda malah kasih saya tugas untuk cari sendiri referensi yang sebenarnya anda punya. Malah kasih kasih tugas segala.

    Emang saya siapa, anda siapa?

    Saya menulis tidak ada yang nyuruh dan tidak ada yang bayar. Itulah blogger suara baru Indonesia.

    Topik yang saya tulispun bukan melulu soal polemik yang merupakan satu satunya alasan anda berkunjung ke Blog saya.

    Saya yakin seyakin-yakinnya Prof Ngoerah sebagai ketua panitia melakukan pendekatan ke Surabaya. Malahan Prof.dr.Soejonoes (Surabaya) menyampaikan bahwa….

    Nah ini bisa kasih masukan yang bagus buat Prof Ngurah. Kenapa tidak dari kemarin kemarin waktu saya minta anda beri?

    Saya tidak ingin sejarah diputar balikkan.

    Sejarah yang mana?
    Dalam konteks artikel saya diatas bagian yang mana?
    Apakah tentang pertemuan Dr Djelantik dengan Bung Karno?
    Apakah tentang usaha Dr Djelantik menata ruang kelas perkuliahan?
    Apakah tentang peran Dr Djelantik sebagai direktur RSUP Sanglah?

    yang mana?

    Semua itu benar adanya. Satu satunya kesalahan adalah karena saya tidak mengangkat peran Prof Ngurah. Itu bukan salah saya, karena saya tidak punya referensi. Sebenarnya saya menduga Prof Ngurah berada dipanitia pembentuk yang sudah lebih dulu ada karena peran Gubernur Sutedja.

    Kan saya sudah sebut diatas:

    Sementara para panitia menyiapkan formatur dan legal formal pendirian universitas, Dr Djelantik segera bekerja.

    Kemungkinan Prof Ngurah berada pada kepanitian tersebut. Lalu apa keberatannya? karena saya tidak lebih detail mengungkap peran Prof Ngurah? Itu bukan salah saya kerana saya tidak punya referensi.

    Anda adalah orang yang paling lengkap punya referensi tentang Prof Ngurah, jadi merupakan kewajiban andalah untuk menuliskannya. Saya sudah pernah tawarkan bantuan tapi anda tidak mau kasih, ya sudah.

    Setelah sekian lama membaca tulisan2 anda saya kembali kepada analisa awal saya bahwa sedang terjadi proses propaganda dalam situs/blog yang sedang berlayar saat ini.

    Oh itu hak anda. Saya juga bisa bilang bahwa niat anda sebenarnya hanya untuk menggolkan nama Prof Ngurah sebagai nama RSUP Sanglah. Anda punya motif yang sempurna untuk hal itu. Tapi tuduhan itu tidak saya lakukan kan?

    Apakah anda seorang yang fanatic?… Apakah anda seorang yang penasaran?… Apakah anda orang yang sedang terdesak?… Apakah anda sedang mendapat pesanan untuk menulis suatu biografi. Hanya “Tuhan” yang tahu.

    hmm… kelihatannya anda sedang menggambarkan diri anda sendiri.

    Sadarlah wahai manusia, betapa besarnya dosa bagi seorang yang membuat sekian banyak orang menjadi tersesat.

    sangat filosofis….

    Ibu Saraswati, saya hanya ingin tanya:

    Whats wrong with youuuuu??????

    Saya menulis hal hal yang baik tentang Dr Djelantik dan anda marah marah. Mending kalo nulis dimedia cetak, tapi ini kan Blog. Blog tidak seperti media cetak yang punya prinsip cover both side

    Anda menghina saya dengan berdoa kepada Tuhan seolah olah saya ini seekor setan yang sedang melakukan penyesatan… ck ck ck… X-(

    Saya sudah berbaik hati membuka ruang diskusi dan tidak hanya itu, saya juga berbaik hati untuk menanggapi semua komentar yang baik maupun yang buruk.

    Bahkan saya mau merivisi tulisan saya jika memang mendapat masukan yang berdasar. Tapi apa apresiasi anda? Saya dibilang bikin propagandalah, dibilang menyebar kebodohanlah, menyesatkanlah. Tanpa dasar.

    Apakah ada dalam tulisan saya diatas yang menyimpulkan bahwa “dengan demikian Dr Djelantiklah pendiri yang sah dari Fakultas Kedokteran Udayana”? Tidak ada kan? lalu kenapa gusar?

    Saya rasa kedua orang tokoh ini sama sama punya peran yang penting. Saya tidak ingin terjebak dalam perbandingan peran siapa yang lebih penting. Saya hanya menulis peran salah satu tokoh karena keterbatasan referensi, itupun sebenarnya tidak kewajiban buat saya.

    Kalau saya mau, saya bisa tutup ruang diskusi, atau saya tidak tanggapi komentar dan tidak revisi tulisan. Bisa saja kan?

    Tapi itu bukan saya.

    Ibu Saraswati, pernahkah saya mendiskreditkan peran Prof Ngurah? Apalagi beliau adalah idola ayah saya.

    Sejujurnya saya tidak mau nama Sanglah diganti. Saya lahir disana. Nama itu punya arti buat saya. Nama Djelantik atau Ngurah tidak punya arti buat saya. Saya bukan alumnus kedokteran Udayana.

    Jadi kalau memang tidak suka dengan tulisan saya simply tidak usah berkunjung apalagi komentar. As simple as that. Tapi jangan harap saya berhenti menulis, karena saya seorang blogger.

  7. tulisan sebagus ini kok pada protes. bingung euy…

  8. ow, blog tu bahasa balinya artinya goblog tho 😀

    ah, justru bagus tho ada yang nulis ini..
    kita jadi tau ada versi laennya..
    daripada jadi gosip di belakang.. 😀

  9. @didats,
    Karena tulisan saya berdampak politis merugikan kepentingan mereka. Padahal gak ada maksud campur tangan urusan mereka.
    Salam buat unta padang pasir 😉

    @-tikabanget-
    Mbak Tika, sebenernya bukan blog tapi belog. Tapi karena dia sebel liat Blog saya, ya jadi dia anggap Blog itu sama dengan belog 😀

  10. zam

    kalo pendapat saya sih, blog itu memang perlu dipertanyakan lagi “keakuratannya”.

    kalo melihat latar belakang lahirnya blog, blog itu defaultnya memang “opini pribadi”. jadi kalo orang menulis sesuatu, secara “default” pikiran kita harus ter-set sebagai “opini pribadi si empunya blog”.

    memang, akan lebih bagus bila ada referensinya. tapi patut diingat, bahwa blog itu bukan jurnal ilmiah. dan di sinilah keunikan blog. bila ada sesuatu yang melenceng, tulisan dalam blog bisa dikoreksi melalui diskusi yang terbangun dari komentar pembacanya..

    wikipedia aja bisa salah, apalagi blog. semua ndak ada yang sempurna.

    mohon maaf atas ke-sok tau-an saya.. 😀

  11. @zam,

    Setuju banget mas Zam :-). Itu yang saya ingin sampaikan pada mereka tapi kok susah bener. Mereka anggap tulisan di Blog itu harus benar versi mereka.

    Sebenarnya mereka juga boleh kok buat Blog untuk mengumandangkan kebenaran versi mereka, tapi kok ya sukanya ngobok ngobok Blog saya 😦

    BTW Mas Zam, siapa yang wakilin komunitas loenpia semarang ke pestablogger? Panjenengen dan Fanniez dateng kan?

  12. blog memang dibuat bukan seperti media mainstream, yang munafik dengan opini terselubung. di blog, semua bebas menulis dengan persepsinya.

    dan: anda boleh percaya boleh tidak.
    dan: anda bisa langsung menyanggah jika memang salah.
    dan: blog jauh lebih demokratis dibanding media mainstream.
    dan: mai ngeblog, pang sing belog! :p

  13. haaah???
    kayaknya tulisannya informatif2 aja deh..

  14. saraswati

    Sdr Wibisono,
    Beberapa waktu yang lalu saya membaca kalimat yang mengapresiasi kekecewaan saat saya tidak akan menulis lagi. Saat saya yang perduli akan kebenaran menulis kembali anda juga mempertanyakannya tapi kenapa saat ada perbaikan untuk kebenaran anda sewot. Mempertanyakan kenapa saya menulis lagi?
    Saya yang perduli pada kebenaran memang tidak berkomentar lagi pada tulisan dimana saya mengatakan tidak akan menulis lagi. Karena perbaikan telah dilakukan. Tapi begitu saya melihat ketidakbenaran lagi saya akan berkomentar lagi membuka wawasan anda dan pembaca lainnya..

    Tapi saya senang anda sudah mengetahui perbedaan kata-kata formatur, pendiri dan pemimpin yang saat itu anda sebutkan penugasan kepada seorang mahasiswa. Terima kasih anda telah memperbaikinya.
    Saya tidak tahu kalau anda mempersilahkan saya untuk menulis ttg profil Prof Ngoerah. Yang anda sampaikan bahwa kekurangan referensi. Ya saya berikan alamat dimana anda bisa mendapatkannya. Saya tidak yakin nanti sebagai penulis diberikan untuk mengomentari komentar yang masuk contohnya penulis resensi mahasiswa prapatan itu aja nggak boleh komentar sebagai penulis kerena yang punya tempat adalah anda.
    Seperti saya sampaikan pada densepuh dr. soegianto bahwa kami meyakini suatu etika penulisan sejarah yang mungkin bagi orang lain tidak perlu. Tapi apa perlu sekali-sekali mungkin perlu juga melanggar etika. Untuk ini saya akan mempertimbangkan pendapat dr Soegianto Sastrodiwiryo sebagai penulis sejarah

  15. @anton,

    mai ngeblog, pang sing belog! :p

    (buat yang gak ngerti bahasa Bali)
    artinya: “marilah kita ngeblog supaya tidak bodoh”
    hehehe… kena banget tuh

    @mulia,
    Mul.. ini ibu ibu dosen yang ndamprat saya waktu salah bilang istilah malariologist sebagai dokter ahli malaria.

    kelihatannya orangnya galak, apalagi sama mahasiswanya, hehehe.. untung saya gak jadi mahasiswa, galak diruang kelasnya mau dibawa ke Blog, ya gak bisalah…

  16. Huummm… baca beberapa komen di atas saya jadi inget sebuah perdebatan dengan orang MLM yang arahnya selalu menyalahkan kita dan bermain retorika, bukan menyuguhkan data dan sanggahan.

    Padahal ngasih data dan referensi kan gampang ya? Kalau punya tentu saja.

    Salam kenal mas Wibisono 🙂

  17. @Herman Saksono,
    Kalo yang ini mas punya data tapi gak mau sharing. Masa saya disuruh suruh untuk beli buku di Gramedia Denpasar. Mending diongkosin Jakarta-Bali naik pesawat yang rawan nyungsep itu. Trus saya disuruh naik odong odong kali yak… 😮

    Salam kenal mas Momon, sampe ketemu di pesta 🙂

  18. @saraswati,

    Beberapa waktu yang lalu saya membaca kalimat yang mengapresiasi kekecewaan saat saya tidak akan menulis lagi. Saat saya yang perduli akan kebenaran menulis kembali anda juga mempertanyakannya tapi kenapa saat ada perbaikan untuk kebenaran anda sewot. Mempertanyakan kenapa saya menulis lagi?

    Kenapa saya kecewa ketika anda tidak menulis lagi? karena pada waktu itu anda cukup komunikatif jadi saya anggap bisa bermanfaat buat beri masukan.

    Tapi kenapa saya sewot, karena belakangan anda mulai tidak hanya sinis tapi juga kasar. Menghina dan melecehkan, siapapun itu kalau bertandang kerumah orang mesti ada tata krama toh.

    Saya tidak tahu kalau anda mempersilahkan saya untuk menulis ttg profil Prof Ngoerah.

    Ya karena anda sibuk marah marah.

    Yang anda sampaikan bahwa kekurangan referensi. Ya saya berikan alamat dimana anda bisa mendapatkannya.

    Kalau alamat web sih sudah punya banyak tentang Prof Ngurah, tapi itu kebanyakan tentang biodata bukan peran beliau.

    Saya tidak yakin nanti sebagai penulis diberikan untuk mengomentari komentar yang masuk contohnya penulis resensi mahasiswa prapatan itu aja nggak boleh komentar sebagai penulis kerena yang punya tempat adalah anda.

    Kelihatannya anda memang belum mengerti tentang apa itu Blog. Ada 150 ribu lebih blogger di Indonesia dan termasuk yang paling aktif di Asia.

    Kami saling bertukar referensi tanpa saling kenal secara pribadi. Termasuk saya dengan Muhidin. Anda tahu sendiri artikel saya ini banyak dijadikan refrensi oleh blogger yang lain. Ada yang minta ijin ada juga yang tidak, bebas.

    Etikanya adalah mencantumkan asal referensi kalau mengutip. Jadi saya tidak tahu sudah berapa blogger yang menjadikan artikel-artikel saya sebagai referensi dan mengutipnya. Begitu juga Muhidin, dia tidak tahu sudah berapa orang yang mengutip tulisan dia.

    Kalau lantas kutipan tersebut diberi komentar oleh seseorang di Blog orang lain maka saya kalau tahu boleh kasih komentar, boleh juga tidak. Begitulah yang terjadi dengan Muhidin yang artikelnya saya kutip.

    Kredibilitas Blog tergantung dari reputasi. Ada Blog yang gak karu karuan tapi ada yang bagus dan bahkan profesional.

    Wah panjang Bu kalau cerita semuanya, mending baca aja sendiri deh. Ini saya beri link artikel tentang apa itu Blog dari Blognya mas Enda Nasution, beliau bapak Blogger Indonesia.

    Cara terbaik menulis adalah dengan memiliki sendiri sebuah Blog. Caranya bisa baca di Blog mas Budi Putra, beliau blogger profesional.

    Ibu Saraswati, pesan saya; dalam dunia Blog orang tidak lihat usia, tidak lihat gelar kebangsawanan, tidak lihat gelar akademik bahkan tidak lihat jabatan. Semua yang dilihat hanyalah isi kepala. Dikala opini di mediamasa telah melalui mekanisme kontrol, sensor dan proteksi maka Blog jadi bahan rujukan kebenaran banyak orang.

    Jadi jangan sepelekan Blog dan pintar pintarlah memilih dan memilah informasi, terima yang baik tinggalkan yang buruk. Tidak usah repot repot memperbaiki yang buruk, yang buruk secara alamiah akan ditinggalkan orang, yang baik akan selalu dikunjungi orang, buktinya Ibu nongol lagi di Blog saya.. 😉

    Seperti saya sampaikan pada densepuh dr. soegianto bahwa kami meyakini suatu etika penulisan sejarah yang mungkin bagi orang lain tidak perlu. Tapi apa perlu sekali-sekali mungkin perlu juga melanggar etika. Untuk ini saya akan mempertimbangkan pendapat dr Soegianto Sastrodiwiryo sebagai penulis sejarah

    Boleh saja tapi perlu juga anda ketahui bahwa saya tidak selalu sependapat dengan den sepuh. Saya hormat tapi saya punya sikap sendiri yang sering kali berbeda dan itu sah sah saja.

  19. saya cuman mo komen ttg ‘blog’nya..
    maklum pemula.. 🙂
    ya inilah ‘lebih’nya blog..senada (seirama dg mas zam)..banyak sampah di blog (mungkin bisa dibaca: Internet)..tp banyak jg sudut pandang baru yg gak mungkin muncul di media formal umum lainnya..

    merdeka.. 🙂

  20. saraswati

    Sdr. Wibisono,
    Terima kasih telah bercerita banyak tentang blog dan blog. Terima kasih juga telah memperbaiki kata “pendiri” dalam tulisan anda karena pada awal saya masuk dalam blog anda hal itu telah saya sampaikan. Karena kata “pendiri “ tersebut muncul berulang lagi pada tulisan fak kedokteran unud menyebabkan saya berpikiran negative tentang anda. Satu kata menurut orang lain mungkin tak ada artinya tapi bagi yang lain menjadi sangat penting karena dengan hilangnya kata itu dia akan dianggap sebagai pembohong. Seperti kalimat pengakhir saat itu, “semoga pikiran baik datang dari segala penjuru dunia” ternyata kini pikiran baik itu telah datang. Ternyata anda merupakan orang yang menulis sesuai dengan satu buku referensi yang saat itu ada pada anda. OK. Silahkan lanjutkan perjuangan anda pejuang blog (bukan bahasa bali)
    saraswati

  21. @saraswati,

    Karena kata “pendiri “ tersebut muncul berulang lagi pada tulisan fak kedokteran unud menyebabkan saya berpikiran negative tentang anda.

    Jadi menurut anda siapa pendirinya?

    Ternyata anda merupakan orang yang menulis sesuai dengan satu buku referensi yang saat itu ada pada anda.

    Saya punya beberapa referensi dan akan bertambah terus, sudah baca postingan terkahir saya?

  22. idealis, tetaplah berjuang. jalani apa yang ente anggap benar!

    kapan2 kita bertemu di denpasar
    *dengan catatan kalo saya dan anda sama2 lagi pulang*

    kekekekeke

  23. Salam kenal, Saya adalah putra bungsu dari Prof dr I Gusti Ngoerah Gde Ngoerah
    Saya ingin turut berbicara mengenai diskusi yang menyangkut nama ayah saya yang sangat saya hormati.

    Saya hanya ingin mengucapkan terima kasih atas diskusi ini, saya maklum atas kekurangan referensi mengenai kiprah dari Prof Ngurah yang dimuat dan dipublikasikan melalui media cetak maupun elektronik sehingga banyak menimbulkan diskusi yang oleh sebagian orang dianggap didasari oleh karangan sendiri Prof Ngurah.

    Sepengetahuan saya, beliau tidak pernah mempublikasikan/mempromosikan dirinya sendiri kecuali atas permintaan dari pihak lain, seperti buku biografi beliau oleh fakultas sastra UNUD, ataupun juga pemuatan nama beliau di buku yang diterbitkan oleh yayasan prapatan sepuluh. Kecuali buku buku yang berhubungan dengan kerja beliau sebagai dosen/peneliti di FK UNUD seperti Dasar dasar Penyakit Saraf dan banyak lagi artikel pengetahuan yang dipublikasikan di dunia kedokteran (dapat di browsing/search by geogle)

    Dan perlu saya garis bawahi Prof Ngurah dan dr Djelantik pun sejatinya adalah teman baik , saling hormat dan saling bantu semasa hidup mereka. Jadi saya mohon kiranya akhiri saja diskusi yang lebih mengarah ke penilaian bagi masing2 tokoh ini.

    Khususnya mengenai Prof. Ngurah, memang beliau salah satu perintis dan dokter yang melaksanakan pelayanan pertama di rumah sakit sanglah (kesaksian mantan pensiunan bidan2 pertama di rs sanglah), serta juga kepala sekolah pendidikan kesehatan pertama yang bertempat pula di rumah sakit sanglah (document sk masih kami miliki copy nya). Mengenai kiprah beliau untuk di telusuri melalui media internet memang tidak ada karena saat itu media tersebut belum tersedia dan file yang mengungkap hal itu tidak ada Selain itu beliau pernah mengungkapkan langsung untuk tidak mempublikasikan hal hal yang memang sudah kewajibannya sebagai pejabat saat itu, yang utama adalah hasil yang saat ini dapat mungkin dapat dilihat secara langsung, diantaranya rsup sanglah yang merupakan rumah sakit rujukan dan pendidikan terbesar di Bali.

    Keluarga besar kami saat ini berkewajiban untuk menampilkan jati diri beliau yang sebenar benarnya karena dinominasikan dan dipersandingkan dengan rekan2 sejawatnya ( yang mungkin lebih muda atau bukan perintis) untuk menjadi nama rumah sakit sanglah

    Demikian kiranya pendapat saya sebagai salah satu putra Prof Ngurah.

  24. @Ngurah Adhi Ardhana,

    …saya maklum atas kekurangan referensi mengenai kiprah dari Prof Ngurah yang dimuat dan dipublikasikan melalui media cetak maupun elektronik sehingga banyak menimbulkan diskusi yang oleh sebagian orang dianggap didasari oleh karangan sendiri Prof Ngurah.

    Saya bersukur bukan termasuk golongan ini sebab saya tak pernah berkomentar apapun tentang Prof Ngurah yang saya hormati.

    Dan perlu saya garis bawahi Prof Ngurah dan dr Djelantik pun sejatinya adalah teman baik , saling hormat dan saling bantu semasa hidup mereka.

    Saya sangat setuju akan pendapat ini, itu sudah mereka tunjukan pada proses pendirian UNUD.

    Jadi saya mohon kiranya akhiri saja diskusi yang lebih mengarah ke penilaian bagi masing2 tokoh ini.

    Mohon maaf, saya tidak pernah mengarahkan kepada diskusi yang begitu. Apa yang saya lakukan hanyalah merespon komentar komentar. Adapun komentar yang mengarah kepada penilaian pribadi tokoh tokoh itu, anda bisa tahu sendiri siapa yang melakukannya, bukan saya loh mas.

    Khususnya mengenai Prof. Ngurah, memang beliau salah satu perintis dan dokter yang melaksanakan pelayanan pertama di rumah sakit sanglah (kesaksian mantan pensiunan bidan2 pertama di rs sanglah),

    Saya tak pernah meragukan apalagi mempermasalahkan itu, baik sekali bisa disampaikan disini, ini artinya anda masih mau diskusi diteruskan bukan?

    Selain itu beliau pernah mengungkapkan langsung untuk tidak mempublikasikan hal hal yang memang sudah kewajibannya sebagai pejabat saat itu, yang utama adalah hasil yang saat ini dapat mungkin dapat dilihat secara langsung, diantaranya rsup sanglah yang merupakan rumah sakit rujukan dan pendidikan terbesar di Bali.

    Inilah yang saya maksud dengan pentingnya menulis. Telah tiba saatnya bagi anda sekeluarga untuk mempublikasikannya, masyarakat semua menunggu publikasi itu.

    Keluarga besar kami saat ini berkewajiban untuk menampilkan jati diri beliau yang sebenar benarnya karena dinominasikan dan dipersandingkan dengan rekan2 sejawatnya ( yang mungkin lebih muda atau bukan perintis) untuk menjadi nama rumah sakit sanglah

    Sebenarnya saya sudah release dengan statement anda diawal tapi statement anda yang ini mementahkan lagi yang sebelumnya.

    Tapi baiklah itu sah sah saja. Sekarang silahkan dipublikasi segala informasi tentang Prof Ngurah yang anda miliki sebab orang lain mungkin juga akan melakukan hal yang sama.

  25. Ping-balik: Busway Harus Tetap Jalan « Budayawan Muda

  26. Rusman

    mau nanya nih,jalur masuk Fakultas Kedokteran Udayana dr mana2 aja ya ?/

Tinggalkan komentar