Java Jazz Festival 2010 Hari Pertama

JavaJazz

Pukul 17 saya masih di Mampang, padahal JJF sudah mulai dari jam 16. Macet membuat saya baru dapet parkir di JIExpo Kemayoran pukul 20. Calo bertebaran di mana mana menawarkan tiket dengan agresif kalo gak bisa dibilang maksa. Sadar saya sudah tak mungkin lagi nonton RAN maka saya langsung ke John Legend. Selepas itu baru deh ngelencer kemana mana… cuci mata…

Dari satu panggung ke panggung lain. Menarik diperhatikan bahwa event ini adalah festival dan bukan konser yang fokus pada panggung. Ada banyak panggung yang bisa dipilih, saking banyaknya bisa bingung.

Karena banyak pilihan tentukan dulu panggung mana dan jam berapa. Apalagi misalnya jika anda membawa pasangan, lebih baik sepakat dulu daripada karena gak enak ama pasangan akhirnya ngalah nonton di panggung yang tidak diinginkan.

Karakteristik panggung ternyata berbeda beda. Ada yang dengan kursi nonton di studio TV, ada yang lesehan dan bahkan ada yang berdiri. Ada yang membebaskan pengunjung keluar masuk, ada yang tidak. Saya lebih suka panggung yang lesehan ketimbang pake kursi. Lebih santai dan memang menurut saya sebaiknya demikian Jazz di nikmati.

Panggung yang membebaskan pengunjung keluar masuk lebih tepat dari pada yang diatur. Pada panggung Indra Lesmana, Donny Suhendra, Gilang Ramadhan, Matez, Dewa Budjana dkk pengunjung dibebaskan keluar masuk Hall. Memang penuh tapi tertib, penonton tahu sendiri bahwa penuh gak mungkin bisa dipaksakan.

Beda dengan panggung Ecoutez yang dibatasi. Karena kami mau nonton Sandy Sondoro yang sesinya setelah Ecoutez dipanggung yang sama maka kami antri. Tapi tidak diperbolehkan masuk. Hanya diperbolehkan masuk sedikit demi sedikit, sudah 45 menit antri dan antrian belum juga mendekat ke pintu padahal sesi Sandy sudah lewat setengah jam.

Apa yang terjadi? Selidik punya selidik ternyata penonton Ecoutez pada sesi sebelumnya tidak mau keluar Hall, mereka lanjut nonton Sandy. Sebenarnya tidak masalah, asal antrian diluar diberi tahu duduk persoalannya. Seandaianya kami dibiarkan saja masuk maka pastilah bisa dipahami bahwa Hall sudah penuh dan bisa memutuskan untuk ke panggung yang lain. Apa yang terjadi adalah kami mengira ada penundaan show dari Sandy Sondoro sehingga antrian sabar menanti. Dengan kecewa kehinglangn waktu 45 menit maka kami putuskan untuk makan dulu. Gak jadi nonton Sandy Sondoro.

Karakteristik pengunjung juga beragam, tidak hanya menengah ke atas. Tapi mereka semua antusias. Apakah mereka semua benar benar penikmat Jazz betulan? Saya tidak terlalu yakin sama seperti diri saya sendiri yang hanya menikmati Jazz setelah terjadi “sinkretisme” dengan genre lain terutama POP.

Tapi paling tidak tujuan saya datang ke festival jazz ini adalah justru untuk tahu lebih banyak tentang Jazz yang Jazz, bukan POP yang Jazzy. Rata rata pengunjung lebih memenuhi panggung yang Jazzy ketimbang yang Jazz. What the hell. Dari pada pusing dengan semua itu saya nikmati saja “pemandangan” yang ada.

Sheila Madjid jadi pilihan terakhir sebelum pulang. Hall penuh, dibuka dengan Warna Warna, penonton yang semula lesehan jadi berdiri semua. Sheila sempat tanya “who grew up with my music here…”, spontan saya angkat tangan loncat loncat diikuti banya penonton yang lain. Tapi kemudian Sheila lanjut sambil terkekeh: “you must be arround 34 or above.. yeah…”. Banyak yang lantas menurunkan tangannya termasuk saya… hehehe…

Sheila: “i will make you feel young with 80’s age song”. Menikmati lagu lagu Sheila dengan irama Jazz mengisi kekosongan, apparently she was right about it. Setelah single yang tunggu tunggu “Aku Cinta Padamu” selesai saya cabut…

Sekarang mau kesana lagi, kali ini bawa kamera… ciao…

1 Komentar

Filed under musik

1 responses to “Java Jazz Festival 2010 Hari Pertama

  1. suka ama RAN juga??
    good 🙂

Tinggalkan komentar