Inception

Pernahkah anda bermimpi, dalam tidur tentunya? Pernah suatu kali ayah saya bermimpi sedang berkelahi melawan mahluk buas dan bengis. Pertarungan itu begitu seru sehingga ayah berteriak teriak sambil tidur. Ibu kemudian membangunkan ayah dengan menepuk pundaknya dan seketika ayah terbangun sambil dengan sigap menangkis tepukan dipundaknya.

Ternyata dalam mimpi itu ayah sudah terdesak oleh mahluk buas itu yang akan mengigit pundaknya. Begitu mahluk dalam mimpi itu menggigit maka rasanya benar benar nyata dan ternyata itu adalah tepukan pada pundak yang dilakukan oleh Ibu.

Ayah menceritakan mimpinya itu cukup lama. Jalan ceritanya cukup panjang sebelum digigit di pundak. Bagaimana mungkin bisa sesuai timing cerita dalam mimpi itu dengan momen tepukan di pundak. Kemungkinan yang bisa saya bayangkan adalah ketika pundak ayah ditepuk informasi tepukan dikirim ke otak dan oleh otak kemudian dibuatkan skenario tersebut. Berarti otak dapat membuat sebuah skenario cerita mimpi yang cukup panjang dalam waktu yang sangat singkat.

Inception

Ternyata pikiran saya itu seperti mendapat pembenaran dalam film Inception. Dalam film ini dikatakan bahwa satu menit bermimpi sama dengan 10 menit dalam alam mimpi. Kemudian juga dalam film Inception ini mimpi dapat bertingkat tingkat. Orang dalam sebuah mimpi dapat bermimpi lagi dan tentunya berlaku juga hukum relatifitas waktu seperti diatas.

Dengan sebuah teknologi dan melalui pelatihan dari ahlinya seorang dapat berbagi mimpi (shared). Artinya kita bisa masuk ke mimpi orang lain ketika sama sama tertidur dengan bantuan sebuah alat canggih.

Ketika kita masuk ke mimpi seseorang maka kita akan melihat dan mengetahui hal hal yang ada dalam pikiran orang tersebut. Kemampuan inilah yang digunakan untuk menggali informasi rahasia yang sudah terkubur jauh didalam hati. Bahkan kemampuan masuk ke alam mimpi ini dapat digunakan untuk menanamkan doktrin tertentu yang akan terbawa terus hingga orang tersebut tersadar dari alam mimpinya.

Sutradara: Christopher Nolan

Ini yang terjadi pada Cobb -diperankan oleh Leonardo DiCaprio- ketika ia untuk pertama kali mencoba kemampuan tersebut pada istrinya sendiri, Mallorie -diperankan oleh Marion Cottilard- yang berakibat pada kematiannya. Cobb kemudian menyadari bahwa tekniknya berhasil namun harus kehilangan istrinya dan harus menghadapi tuduhan pembunuhan. Cobb menghilang dari kejaran hukum dan bertemu seseorang yang berminat menggunakan keahlian Cobb tersebut untuk kepentingan pribadinya dengan imbalan Cobb akan mendapatkan kembali hidupnya bersama anak anaknya dan pembersihan namanya dari segala tuduhan.

Cobb sangat mencintai istrinya dan anak anaknya. Ia ingin hidup normal dan mempertimbangkan tawaran terakhir tersebut. Tapi Cobb butuh tim untuk bekerja dan merekrut mahasiswa berbakat dalam bidang arsitektur karena Cobb harus mendesign mimpi yang rumit.

Tim telah terbentuk dan mereka harus terjun ke mimpi hingga kedalaman tiga tingkat bersama korban yang ingin mereka korek informasinya. Pada mimpi tingkat ketiga munculah Mallorie yang memang dalam alam mimpi Cobb selalu muncul walaupun dalam alam nyata Mal sudah meninggal. Serunya film ini adalah pada pergulatan pada relatifitas waktu antara mimpi yang bertingkat tingkat.

Jika seseorang terbunuh dalam alam mimpi maka orang tersebut akan terbangun ke alam nyata. Jika mimpi tersebut bertingkat maka ia akan terbangun pada tingkat diatasnya. Namun pada operasi ini tidak sesederhana itu karena ada tambahan obat bius yang digunakan sehingga jika terbunuh maka orang tersebut tidak akan segera terbangun pada mimpi ditingkat diatasnya namun akan terjatuh pada area mimpi tak bertuan, tak memiliki koneksi dan tak memiliki design. Area ini bernama Limbo.

Teknik untuk mengetahui apakah sedang berada dalam mimpi atau alam nyata Cobb menggunakan semacam gasing yang diputar. Jika gasing tersebut berhenti berputar maka artinya alam nyata, namun jika gasing tersebut tidak berhenti berputar maka artinya sedang berada dalam alam mimpi.

Diakhir cerita mirip film Leonardo sebelumnya Shutter Island yang menyisakan teka teki apakah akhir cerita Cobb telah benar-benar kembali ke alam nyata atau tetap berada dialam mimpi. Saya punya analisi tapi silahkan nonton dulu filmnya baru kita diskusi. Film ini lebih bagus dibanding Shutter Island karena ada Marion Cottilard peraih Oscar aktris terbaik 2007, saya nonton filmnya: Public Enemies dan Nine. Kalimat terakhir saya itu spoiler, jangan dianggep.. 🙂

6 Komentar

Filed under sinema

6 responses to “Inception

  1. 'Ne

    banyak yang ngomongin film ini, jadi makin penasaran terutama karena temanya gak biasa ya?
    ok makasih ya reviewnya..
    salam..

  2. r10

    Film keren…. memangnya si mall itu mati akibat inception dom cobb?

    Kalo menurutku hal itu di film tdk dijelaskan penyebab kematian si mall

    Si mall sering hadir di dalam mimpi dom cobb sebagai kenangan cobb, dan kenangan itu sangat menganggunya, sehingga akhirnya si cobb memutuskan untuk “mematikan” karakter mall di akhir film. Intinya hidup harus terus berjalan dan kenangan sepahit apapun terkadang harus bisa dilupakan

    Mohon maaf bagi yang belum menonton filmnya terpaksa membaca komenku yg isinya adalah spoiler 😀

  3. cahyadi

    gw dah nonton wib … kadang mimpi gw juga bertingkat ketika bangun tidur dan bangun siap-siap mandi pas mau berangkat kantor … kok gw bangun lagi ternyata nyaris kesiangan dan masih di tempat tidur…

    btw selama hidup sebenarnya gw sudah terdoktrin sesuatu di kepala gw yang selalu gw kejar dalam hidup. siapa yang mendoktrin tidak tahu pasti mungkin yang maha kuasa dan akhir2 ini orang-orang di sekitar,

    dan sampai saat ini aku masih menganggap inilah dunia nyata hingga terbangun kembali di kehidupan dengan tingkat yang lebih tinggi.

    btw kadang-kadang gw ketiduran kalo lagi nonton… dan mauk ke dalam filmnya… he he..

  4. Ping-balik: Tweets that mention Inception « Budayawan Muda -- Topsy.com

  5. jabon

    wah sangat keren kalau mnurut saya

  6. Berarti otak dapat membuat sebuah skenario cerita mimpi yang cukup panjang dalam waktu yang sangat singkat.

    Keren mas analisisnya. Bener juga ya..

    Tiap orang menekan rasa takut, rasa bersalah, rasa frustasi pada alam bawah sadarnya, dan di film muncul sebagai proyeksi orang-orang di sekitar “dream snatcher”. Termasuk Mal.

Tinggalkan komentar